PENGERTIAN DAN CONTOH FI'IL AMR DALAM BAHASA ARAB
PENGERTIAN DAN CONTOH FI'IL AMR DALAM BAHASA ARAB
Sistem Madrasah - PENGERTIAN DAN CONTOH FI'IL AMR DALAM BAHASA ARAB - Dalam pembelajaran bahasa Arab, terdapat berbagai macam bentuk kata kerja (fi'il) yang memiliki peran penting dalam kalimat. Salah satu bentuk fi'il yang sering digunakan adalah fi'il amr, yang memiliki fungsi khusus dalam memberi perintah atau instruksi. Pemahaman yang baik tentang fi'il amr sangat diperlukan bagi siapa saja yang ingin memperdalam bahasa Arab, baik untuk tujuan akademik, keagamaan, maupun komunikasi sehari-hari.
Artikel ini akan membahas pengertian fi'il amr dalam bahasa Arab secara mendalam, serta memberikan contoh-contoh yang dapat membantu pembaca memahami penerapan fi'il amr dalam kalimat. Dengan memahami fi'il amr, pembaca diharapkan dapat menggunakan struktur kalimat perintah dalam bahasa Arab dengan lebih tepat dan efektif. Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan dan bermanfaat bagi semua pembaca yang ingin memperluas pengetahuan mereka dalam bahasa Arab.
FI’IL AMR
A. Pengertian Fi’il Amr
Pada kesempatan kali ini yang akan dibahas adalah amr bishighot.
Apa itu amr bishighot? وَهُوَ كَلِمَةٌ اَفَادَتِ الطَّلَبَ بِذَاتِهَا artinya suatu kata yang memiliki arti memerintah dengan
dirinya sendiri Dan apakah fi’il amr itu? وَهُوَ طَلَبُ عَمَلِ الْفِعْلِ artinya suatu perintah untuk
melakukan pekerjaan. Amr bishighot sering disebut dengan amr hadir, karena amr
hadir berasal dari fi’il mudhore wuqu’ mukhotob. Tetapi mengapa tidak disebut amr
mukhotob? Alasannya لِاَنَّ الْحَاضِرَ اَعَمُّ مِنَ الْمُخَاطَبِ artinya karena kata hadir lebih umum dibandingkan dengan
kata mukhotob. Bagaimanakah
sifat amr bishighot?sifat amr bishighot seperti fi’il mudhori’ saat jazim dalam
hal sama sama membuang harkat,huruf dan nun ciri i’rob rofa’.
B. Pembagian
Fi’il Amr
Amr terbagi tiga:
- Amr bishighot
- Amr bin adawat yaitu fi’il amr yang memakai adawat
- Amr biniyabah
1. Amr Bishighot
Cara membuat amr bishighot ada dua yaitu:
- Apabila huruf setelah huruf fi’il mudhore itu diberi harokah, caranya dengan membuang huruf ciri mudhorenya saja. Contoh دَحْرِجْ asalnya تُدَحْرِجُ kemudian tambahkan lam amr untuk menjazmkan akhir fi’il mudhore dan supaya memiliki arti tholabiyah (perintah). Seperti qoidah :
اَمْرٌ وَ
نَهْيٌ اِنْ بِهِ لَامًا تَصِل * اَوْلَا وَسَكِن اِنْ يَصِحْ كَلِتَمِل
Sekarang dibaca لِتُدَحْرِجْ buang kembali lam amrnya
karena sudah mencapai tujuan yaitu fi’il tersebut telah jazm dan mempunyai
makna tholabiyah (perintah). Seperti qoidah :
اَوْ اَبْقِ
مُحَرَّكًا ثُمَّ الْتَزِمْ * بِنَائه مِثْل مُضَارع جُزِم
Sekarang dibaca تُدَحْرِجْ lalu buang huruf mudhorenya sekarang dibaca دَحْرِجْ
- Apabila huruf setelah huruf fi’il mudhore itu di sukunkan, maka caranya dengan membuang huruf ciri mudhorenya saja dan tambahkan hamzah washol diawal fi’il tersebut. Harokah hamzah washol tafsil :
- Harokah hamzah washol di dhomahkan, apabila harokah ‘ain fi’il mudhorenya dhomah. Contoh اُنْصُرْ
- Harokah hamzah washol di kasrohkan, apabila harokah ‘ain fi’il mudhorenya kasroh atau fathah. Contoh اِضْرِبْ، اِفْتَحْ
Asal lafadz اِضْرِبْ di mustaq dari fi’il mudhore
wuqu’ mufrod mudzakar mukhotob dari lafadz تَضْرِبُ kemudian tambahkan lam amr
untuk menjazmkan akhir fi’il mudhore dan supaya memiliki arti tholabiyah
(perintah), sekarang dibaca لِتَضْرِبْ buang kembali lam amrnya
karena sudah mencapai tujuan yaitu fi’il tersebut telah jazm dan mempunyai
makna tholabiyah (perintah) sekarang dibaca تَضْرِبْ lalu buang huruf mudhorenya.
Seperti qoidah :
وَبَدْاَه
حذف يَكُ اَمْر حَاضِرِ * وَهَمْزُ اِنْ سُكِنَ تَالِ صَيِّرِ
Sekarang tidak bisa dibaca, karena اِبْتِدَاءُ بِالسَّاكِنْ بِغَيْرِ السَّاكِن artinya karena diawali oleh huruf yang sukun, setelah itu tambahkan hamzah washol yang diberi harokah kasroh untuk menolong huruf yang sukun diawal (supaya bisa dibaca) sekarang dibaca اِضْرِبْ
2. Amr Bil
Adawat
Amr bil adawat yaitu : كَلِمَةٌ اَفَادَتِ
الطَّلَبَ بِوَاسِطَةِ لَامِ الْاَمْرِ
suatu kalimah yang mempunyai makna
tholab dengan menggunakan lam amr. Apakah lam amr itu? وَهُوَ اللَّامُ
الدَّالُ عَلَى طَلَبِ الْفِعْلِ artinya lam yang menunjukan perintah suatu
pekerjaan. Kenapa lam amr mempunyai arti perintah? Alasannya لِاَنَّ الْمُضَارِعَ
لما دَخَلَهُ لَامُ الْاَمْرِ شبه أمر المخاطب artinya karena sebenarnya apabila fiil
mudhore memakai lam amr maka fi’il mudhore tersebut menyerupai amr mukhotob.
Harokah lam amr di kasrohkan alasannya تَشْبِيْهًا بِلَامِ
الْجَرِّ artinya karena di serupai dengan lam huruf jar. Apabila huruf
sebelum lam amr ada huruf lain seperti huruf wawu atau huruf fa maka harokah
huruf lam amr tersebut dapat dibaca sukun, alasannya لِلتَّخْفِيْفِ
contohnya فَلْيَضْرِبْ، وَلْيَضْرِبْ
lam amr hanya dapat beramal pada
fi’ilmudhore yang berwuqu’ ghoib dan
ghoibah, sedangkan untuk mudhore wuqu’ mukhotob dan mukhotobah telah memiliki
wazan tertentu. Tapi kenapa dalam tasrifan kita sering menyebut pula wuqu’
mukhotob dan mukhotobahnya? Alasannya تَسْهِيْلًا لِلْمُبْتَدِء
artinya untuk mempermudah bagi mubtadi (pemula).
3.
Amr Biniyabah
Amr Biniyabah atau di sebut dengan isim fi’il amr adalah isim fi’il
yang memiliki makna perintah. Isim fi’il amr atau amr biniyabah sebagai
berikut:
a)
ايه mempunyai makna زد artinya tambahlah
b)
امين mempunyai makna استجب artinya kabulkanlah
c)
هيا mempunyai makna اسرع artinya cepatlah
d)
صه mempunyai makna اسكت artinya diamlah
e)
هاك mempunyai makna خذ artinya ambilah
Semua isim
fi’il diatas termasuk isim fi’il yang tidak diambil dari lafadz fi’ilnya atau
disebut sebagai isim fi’il murtaji. Isim fi’il adalah isim mabni yang digunakan
satu bentuk baik untuk mufrod, mutsana, maupun jama’.
CONTOH FI'IL AMR
1. Hamzah Fi’il Amr Lafadz اَكْرَمَ
Ulama ahli shorof sepakat untuk memberi harokah fathah pada hamzah lafadz اَكْرِمْ alasannya بِنَاءً عَلَى الْاَصْلِ الْمَرْفْضِ artinya karena asal hamzah tersebut (pada fi’il mudhore) dibuang. Asal lafadz اَكْرِمْ adalah تُكْرِمُ dan asal lafadz تُكْرِمُ yaitu تُاَكْرِمُ. Kemudian tambahkan lam amr karena supaya jazm dan memiliki arti tholabiyah sekarang dibaca لِتُاَكْرِمْ kemudian buang kembali lam amrnya karena sudah tercapai tujuan di datangkannya lam amr, setelah itu buang huruf ciri mudhorenya karena hendak membuat sighot amr hadir sekarang dibaca اَكْرِمْ . Kenapa hamzah lafadz تُكْرِمُ harus dibuang? Alasannya لِدَفْعِ اجْتِمَاعِ الْهَمْزَتَيْنِ فِى مُتَكَلِّمِ وَحْدَة artinya agar tidak terjadi berkumpulnya dua hamzah pada wuqu’ mutakalim wahdah, karena hal tersebut termasuk kalimat bahasa Arab yang ghoir fasihat.
2. Fi'il Amr Memakai Nun Taukid
Selain fi’il madhi dan fi’il mudhore fi’il amr dapat menggunakan nun taukid. Apa gunanya nun taukid? لِتَقْوِيَة الْحُكْمِ artinya untuk menguatkan hukum. Dimana saja nun taukid dapat digunakan? nun taukid dapat digunakan pada fi’il amr bishighot, amr bil adwat, dan fi’il nahyi baik tholab tarkul fa’il atau tholab fa’il. Mengapa fi’il diperkuat? Alasannya مُقَابِلًا بِالْاِسْمِ artinya agar sama dengan isim dalam hal sama-sama dapat diperkuat hukumnya. Kenapa fi’il madhi tidak dapat menggunakan nun taukid? Karena nun taukid menunjukan masa yang akan datang (mustaqbal) sedangkan fi’il madhi menunjukan masa yang telah berlalu. Seperti yang telah kita ketahui bahwa nun taukid berfungsi untuk menguatkan hukum fi’il. Nun taukid tersebut terbagi dua yaitu nun taukid tsaqilah dan nun taukid khofifah. Seperti qoidah:
لِلْفِعْلِ تَوْكِدٌ بِنُوْنَيْهِمَا * كَنُوْنِي اذْهَبَنَّ وَقْصِدَنْهُمَا
Hukumfi’il di perkuat * yaitu nun taukid yang memperkuat
Nun taukid terbagi dua * tsaqilah pertama dan khofifah ke dua
Tsaqilah berat diucapkannya * khofifah ringan diucapkannya
Berat karena ada dua hurufnya * sukun awal dan berharokah huruf nun nya
Ringan karena hanya satu huruf nun nya * maka wajib diingatnya
a. Harokah Nun Taukid
Harokah nun taukid terbagi 3, yaitu:
- Harokah fathah : apabila nun taukid digunakan dalam fi’il wuqu’ mufrod dan jama’ mudzakar, contoh لِتَنْصُرَنَّ, لِتَنْصُرُنَّ
- Harokah kasroh : apabila nun taukid digunakan dalam fi’il wuqu’ tasniyah dan jama’ mu’anats, contoh لِيَنْصُرَانِّ, لِتَنْصُرَانِّ
- Harokah sukun : apabila nun taukid yang digunakan nun taukid khofifah, contoh لِيَنْصُرُنْ
Kenapa harokah nun taukid di fathahkan? لِلتَّخْفِيْفِ artinya supaya ringan. Kenapa nun taukid di kasrohkan? تَشْبِيْهًا بِنُوْنِ تَثْنِيَّةٍ فِى زِيَادَتِهَا وَ وُقُوْعِهَا بَعْدَ الْاَلِفِ artinya karena disesuaikan dengan huruf nun tasniyah karena keduanya merupakan zaidah dan keduanya pun berada setelah huruf alif. Kenapa nun taukid di sukunkan? فَرْقًا بَيْنَ النُّوْنِ الثَّقِيْلَةِ وَ الْخَفِيْفَةِ artinya karena untuk membedakan antara nun taukid tsaqilah dan nun taukid khofifah.
b. Nun Taukid Pada Wuqu’ Jama’ Mu’anas
Fi’il wuqu jama’ mu’anas pada saat memakai nun taukid tsaqilah maka harus dipisah oleh huruf alif yang diletakan diantara nun jama’ mu’anas dan nun taukid tsaqilah. Contoh لِيَنْصُرْنَانِّ، لِتَنْصُرْنَانِّ Mengapa harus di pisah oleh huruf alif? Karena لِتَفْصُلَ بَيْنَ النُّوْنَاتِ artinya untuk memisahkan antara huruf nun jama’ muanas dan nun taukid tsaqilah. Kenapa harus di pisahnya dengan huruf alif tidak dengan huruf lainnya? لِخِفَّتِهَا artinya karena ringannya huruf alif diantara huruf lainnya.
c. Hukum Nun Taukid Khofifah Pada Tasniyah dan Jama’ Mu’anas
Hukum nun taukid khofifah tidak di gunakan pada tasniyah dan jama’ mu’anas, kenapa nun taukid khofifah tidak di gunakan pada tasniyah dan jama’ mu’anas? Karena keduanya apabila menggunakan nun taukid khofiifah maka akan terjadi لِاَنَّهُ يَلْزَمُ اِلْتِقَاءُ السَّاكِنَيْنِ عَلَى غَيْرِ حَدِّهِ karena mesti akan bertemu dua huruf yang sukun bukan pada hadnya.
Tetapi ada juga iltiqo sakinain yang hukumnya jawaz (boleh), cirinya yaitu apabila huruf yang pertama dari sakinain yaitu huruf mad dan huruf keduanya di idghomkan. Contoh دَابَّةٌ asalnya دَابْبَةٌ kemudian idghomkan huruf ba yang pertama ke huruf ba yang ke dua, dibaca دَابَّةٌ Jadi, kesimpulannya maslah iltiqo sakinain terbagi dua yaitu اِلْتِقَاءُ السَّاكِنَيْنِ عَلَى غَيْرِ حَدِّهِ dan اِلْتِقَاءُ السَّاكِنَيْنِ عَلَى حَدِّهِ Selain itu ada pula iltiqo sakinain yang wajib di buang salah satu hurufnya. Seperti qoidah:
اِذَا الْتِقَاءِ حَرْفَانِ سَاكِنَانِ فِى الْوَاحِد * وَمِنَ الْحُرُوْفِ سَاكِنَيْنِ فِى الْحَرْفَيْنِ
وَاِنْ تَجِدْ حَرْفَيْنِ سَاكِنَيْنِ * وَاحْذِفْ بِوَاحِد بِغَيْر مين
Contoh seperti lafadz غَزَتْ asal lafadz tersebut yaitu غَزَوَتْ kemudian tukarkan huruf wawu dengan huruf alif, alasannya لِتَحَرُّكِهَا وَانْفِتَاحِ مَا قَبْلَهَا artinya karena huruf wawu tersebut diberi harokah dan huruf sebelumnya berharokah fathah. Sekarang tidak dapat dibca karena iltiqo sakinain huruf alif dan huruf wawu, dan huruf yang harus dibuang adalah huruf alif, sekarang dibaca غَزَتْ
d. Huruf Nun Pada Af’alul Khomsah
Apakah af’alul khomsah itu? وَهِيَ كُلُّ فِعْلٍ مُضَارِعٍ مُتّصِل بِاَلِفِ التَّثْنِيَّةِ وَ وَاوِ جَمْعٍ وَ يَاءِ الْمُخَاطَبَةِ artinya setiap fi’il mudhore yang terdapat alif tasniyah, wawu jama’, dan ya muanasah mukhotobah. Seperti qoidah:
بِيَفْعَلَانِ تَفْعَلَانِ اَنْتُمَا * وَيَفْعَلُوْنَ تَفْعَلُوْنَ مَعهُمَا
وَ تَفْعَلِيْنَ تَرْحَمِيْنَ حَالِى * وَاشتهرت بِخَمْسَةِ الْاَفْعَالِ
Huruf nun yang terdapat pada af’alul khomsah pada saat menggunakan nun taukid tsaqilah atau khofifah maka huruf nun tersebut harus dibuang, alasannya لِكَرَاهَةِ التَّوَالِى النُّوْنَاتِ فِى اَمْثِلَةٍ artinya karena tidak disukai berkumpulnya huruf-huuruf nun dalam kelima contoh tersebut. Contoh lafadz يَفْعَلَانِ، تَفْعَلَانِ ambahkan lam amr dibaca لِيَفْعَلَانّ، لِتَفْعَلَانِّ Seperti yang telah kita ketahui nun taukid khofifah tidak dapat digunakan pada fi’il wuqu’ tasniyah. Pendapat Ulama Kufah (Imam Yunus) berpendapat bahwa nun taukid khofifah dapat digunakan pada wuqu’ tasniyah. Sedangkan Imam Basroh berpendapat nun taukid khofifah tidak dapat digunakan pada wuqu’ tasniyah.
e. Huruf Wawu Pada Jama’ Mudzakar dan Huruf Ya Pada Jama’ Mu’anas
Huruf wawu pada jama’ mudzakar dan huruf ya pada jama’ muanas mukhotobah pada saat bertemu nun taukid khofifah maka kedua huruf wawu dan iya wajib di buang. Kenapa harus dibuang? Alasannya اِلْتِقَاءُ السَّاكِنَيْنِ dan اِكْتِفَاءً بِحَرَكَاتِ مَا قَبْلَهَا artinya karena iltiqo sakinain dan karena cukup dengan harokah sebelumnya.
Akan tetapi huruf wawu pada jama’ mudzakar dan huruf ya pada jama’ muanas mukhotobah pada saat bertemu nun taukid khofifah maka kedua huruf wawu dan iya wajib di buang apabila kedua huruf tersebut berada setelah harokah dhomah dan harokah kasroh, kecuali apabila kedua huruf tersebut berada setelah fathah. Kenapa demikian? Karena لِعَدَمِ مَا يَدُلُّ عَلَيْهِمَا artinya karena tidak adanya hukum yang mengharuskan membuang keduanya, seperti contoh lafadz لِتَخْشَوُنَّ yang asalnya تَخْشَيُوْنَّ kemudian tukarkan huruf iya dengan huruf alif, alasannya لِتَحَرُّكِهَا وَانْفِتَاحِ مَا قَبْلَهَا artinya karena huruf iya tersebut diberi harokah dan sebelumnya ada huruf yang berharokah fathah. Sekarang dibaca تَخْشَاوْنَ menjadi iltiqo sakinain antara huruf alif dan wawu, kemudian buang huruf alifnya karena alif hukumnya ‘umdah. Kenapa huruf wawu tidak dibuang? Karena huruf wawu hukumnya fadhlah sedangkan fadhlah adalah alamat (ciri) sekarang dibaca تَخْشَوْنَ lalu tambahkan lam amr untuk membuang nun ciri i’rob rofa’ sekarang dibaca لِتَخْشَوْ kemudian tambahkan nun taukid tsaqilah yang berfungsi sebagai penguat hukum, sekarang dibaca لِتَخْشَوْنَّ lalu beri harokah dhomah pada huruf wawu alasannya لِمُنَاسَبَةٍ artinya agar sesuai, sekarang dibaca لِتَخْشَوُنَّ
Contoh kedua yaitu lafadz لِتَخْشَيِنَّ asalnya adalah تَخْشَيِيْنَ kemudian tikarkan huruf ya yang pertama dengan huruf alif sekarang dibaca تَخْشَايْنَ jadi iltiqo sakinain kemudian buang huruf alifnya dibaca تَخْشَيْنَ setelah itu tambahkan lam amr untuk membuang huruf nun ciri i’rob rofa’ dibaca لِتَخْشَيْ kemudian tambahkan nun taukid tsaqilah untuk menguatkan hukum dan kasrohkan huruf ya-nya, alasannya لِمُنَاسَبَةٍ artinya agar sesuai. Sekarang dibaca لِتَخْشَيِنَّ.
Jadi kesimpulannya huruf wawu yang terdapat pada fi’il wuqu’ jama’ mudzakar dan huruf iya yang terdapat pada fi’il wuqu’ mufrodah muanasah mukhotobah hukumnya tafsil, yaitu apabila kedua huuruf tersebut berda sebelum harokah dhomah dan kasroh maka kedua huruf tersebut wajib di buang. Dan apabila kedua huruf tersebut berada setelah harokah fathah maka hukumnya tidak boleh dibuang.
f. Hukum Harokah Huruf Akhir Fi’il Pada Saat Bertemu Nun Taukid
Hukum huruf akhir fi’il pada saat bertemu nun taukid terbagi empat, yaitu:
- Harokah akhir fi’il tersebut harus di fathahkan, apabila fi’il tersebut berwuqu’ mufrod dan mufrodah. Contoh لِيَنْصُرَنَّ، لِتَنْصُرَنَّ Kenapa di fathahkan? Alasannya لِلتَّخْفِيْفِ لِاَنَّ الْفَتْحَةَ اَخَفُّ الْحَرَكَاتِ artinya karena harokah fathah adalah harokah paling ringan
- Harokah akhir fi’il tersebut harus di dhomahkan, apabila fi’il tersebut berwuqu’ jama’ mudzakar mukhotob atau jama’ mudzakar ghoib. Contoh لِيَنْصُرُنَّ، لِتَنْصُرُنَّ kenapa di dhomahkan? Alasannya ليَدُلَّ الضَّمُّ عَلَى وَاوِ الْمَحْذُوْفَةِ karena harokah dhomah tersebut menunjukan bahwa (sebelumnya) ada huruf wawu yang di buang.
- Harokah akhir fi’il tersebut harus di kasrohkan, apabila fi’il tersebut mufrodah muanasah mukhotobah. Contoh لِتَنْصُرِنَّ
- Selain itu ada pula harokah akhir fi’il tersebut harus di sukunkan, apabila nun taukid berada pada wuqu’ jama’ mu’anas. Contoh لِيَنْصُرْنَانِّ، لِتَنْصُرْنَانِّ Kenapa di sukunkan? Alasannya لِلْاَصْلِ artinya karena asal dan apabila akhir fi’il tersebut diberi harokah maka akan menjadi berat.